Pepaya Mini, Icon Baru Balikpapan

Balikpapan, Humpro - Makan Pepaya Mini dengan peserta terbanyak adalah hal yang ditunggu-tunggu pada Perayaan HUT Kota Balikpapan ke-117 pada 10 Februari mendatang. Dipilihnya buah yang memiliki  bentuk unik dan berwarna merah ini sebagai daya tarik pada HUT Balikpapan tahun 2014 karena produksinya yang cukup banyak yakni mencapai 380 ton perbulan. Bahkan pada tahun 2011 silam, Gubernur Awang Faroek Ishak menamai buah ini Pepaya Mini Balikpapan, dan hal tersebut tentu sangat membanggakan.

Jika diilihat selintas, buah ini memiliki bentuk yang tidak jauh berbeda dengan pepaya lainnya, namun jika dimakan, kita akan merasakan rasa manis yang segar dari daging buah yang agak tebal dengan warna merah dan kuning yang cerah. “Buah ini memiliki ukuran yang kecil , bentuknya bisa bulat penuh atau bulatan yang agak memanjang,” ungkap Chaidar Chairulsyah, Kepala Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan Kota Balikpapan, Selasa (28/1).

Pada awalnya, pepaya jenis ini hanya dibudidayakan untuk konsumsi sendiri, karena dianggap tidak akan laku di pasaran lantaran bentuknya yang tidak sempurnya dari pepaya pada umumnya. Namun kenyataanya banyak konsumen yang menyukainya karena rasanya lebih manis dari pepaya jenis lain serta bentuknya yang kecil. “Orang yang pertama membudidayakan pepaya ini adalah Bapak Daut (Kepala Desa Manggar baru), dia mendapat benih dari Pontianak (Kalimantan Barat), dan ternyata pepaya ini dapat beradaptasi dengan baik di tanah dan iklim Balikpapan, “ jelasnya.

Seiring berjalannya waktu, promosi terus dilakukan oleh Pemerintah Kota agar pepaya ini dapat diterima oleh pasar. Tak lupa juga upaya dalam pembudidayaan ini terus dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, baik dari kualitas maupun kuantitas. “Petani kita terus berupaya dengan berbagai cara untuk menghasilkan pepaya mini yang sempurna,” katanya.

Adalah Abdul Karim Sidik (Alm), orang pertama yang mempelopori budidaya pepaya mini dengan jumlah tanaman yang lebih banyak dan luas. Ternyata tanaman pepaya mini yang ditanam oleh salah satu petani yang berasal dari Kelurahan Lamaru Kecamatan Balikpapan Timur ini memiliki derajat kemanisan yang cukup tinggi yakni 16% sampai dengan 18%. “Sedangkan tingkat produktivitasnya mencapai 112 ton perhektar per satu kali tanam selama 36 bulan,” kata Chaidar.

Dari keberhasilan pengembangan budidaya pepaya mini dari Abdul Karim ini ternyata merangsang petani lain untuk ikut membudidayakannya. Hingga tahun 2014, luas lahan pertanian yang ditanam pepaya mini mencapai 95 hektar. “Jumlahnya meningkat karena permintaan pepaya yang stabil sehingga banyak petani yang menggemari bercocok tanam tanaman ini,” jelasnya. (hms/mgm)