Balikpapan, Humpro - Delegasi dari negara-negara ASEAN berkumpul di Hotel Gran Senyiur Balikpapan untuk menghadiri ASEAN workshop ke-3 dan juga pertemuan pertama untuk ASEAN Mangrove Network (AMNET), Senin (24/2).
Acara ini dihadiri oleh Direktorat Jenderal Bina Pengolahan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial, Wali Kota Balikpapan yang dalam hal ini diwakili oleh Asisten Perekonomian, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Ir. Hj. Sri Soetantinah, M.Si, Kepala Perwakilan kantor JICA Indonesia, dan beberapa praktisi mangrove di Indonesia.
Tema workshop yang diselenggarakan selama 4 hari ini adalah pendidikan konservasi mangrove, dimana peserta workshop dengan jumlah kurang lebih 25 orang dari negara-negara ASEAN akan belajar dan bertukar informasi mengenai pentingnya edukasi dan komunikasi dengan tujuan saling berbagai ilmu dan pengalaman, khusus dalam hal konservasi hutan mangrove.
SMU Negeri 8 Balikpapan mewakili Indonesia untuk berbagi pengalaman dalam hal edukasi konservasi mangrove dalam workshop ini. Wali Kota Balikpapan yang dalam hal ini diwakili oleh Asisten II Sri Soetantinah memberikan apresiasi untuk semua negara ASEAN yang terlibat dalam program Shared-Learning ini. Ia mengatakan bahwa hutan mangrove sangat menunjang perekonomian masyarakat pantai, karena merupakan sumber mata pencaharian bagi masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Secara ekologis hutan mangrove disamping sebagai habitat biota laut, juga merupakan tempat pemijahan bagi ikan yang hidup di laut lepas.
Lebih lanjut Asisten II Sri Soetantinah menambahkan, di Balikpapan sendiri terdapat areal seluas kurang lebih 16 hektare yang terletak di Kelurahan Margomulyo, “Sebagai pionirnya SMA Negeri 8 Margomulyo secara swadaya mencoba menggerakan seluruh warga sekitar untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan kawasan mangrove tersebut,” ujarnya. Ia mengatakan upaya ini tentunya sangat berarti mengingat mangrove memiliki fungsi yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia yaitu sebagai penyerap gas rumah kaca yang paling efektif di bandingkan dengan jenis tumbuhan yang lain. “Konservasi hutan mangrove merupakan warisan berharga untuk anak cucu kita apabila dikelola dan dikembangkan dengan baik,” ujarnya.
Pertemuan pertama AMNET ini diadakan paralel dengan penyelenggaraan workshop, dihadiri oleh perwakilan dari lembaga pemerintah pengelola mangrove dari negara-negara ASEAN yang membahas tentang mekanisme network dan rencana kegiatan 5 tahun kedepan. Network dibentuk dalam format ASEAN Regional Knowledge Network (ARKN) dengan maksud mengembangkan jaringan kajian pengetahuan dalam lingkup regional, selain untuk memperluas pengetahuan mengenai pengelolaan ekosistem mengarove di ASEAN.(Hms/ecs)