Cabai Rawit, Si Kecil Penyumbang Inflasi

Balikpapan, Humaspro – Dalam tiga tahun terakhir komoditas cabai memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap inflasi daerah yang terjadi di Kota Balikpapan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Balikpapan pada November 2014 untuk jenis cabai rawit harga mencapai Rp 100.000,00/kg dan tahun 2014 komoditas cabai masuk dalam 20 komoditas utama penyumbang inflasi daerah Kota Balikpapan.

Dalam upaya pengendalian harga cabai sejak tahun 2012 Pemerintah Kota Balikpapan dan Bank Indonesia Balikpapan melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Balikpapan telah melaksanakan satu program inovatif, yaitu  Gerakan Masyarakat Tani Cabai Organik. Program tersebut ternyata cukup berhasil menekan laju inflasi daerah di Kota Balikpapan.

“Mengulang sukses program gerakan tanam cabai pada tahun 2012 dan 2013, maka tahun 2015 kami akan menggalakkan kembali program tanam cabai dengan mengajak masyarakat dan kelompok tani untuk melakukan budidaya cabai organik,” terang Andi Aditianing Palupi, Manajer Unit Komunikasi dan Koordinasi Kebijakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan kepada tim liputan Humaspro, Kamis (5/2/2015).

“Untuk tahun 2015, Bank Indonesia Balikpapan, TPID Pemerintah Kota Balikpapan, dan Badan Musyawarah Perbankan daerah (BMPD) Kota Balikpapan akan menggelar acara Festival Cabai Kota Balikpapan 2015. Kick off acara tersebut akan kami selenggarakan hari Minggu, 8 Februari di Perumahan Papan Lestari Posyandu RT 44 Kelurahan Sepinggan,” lanjut Andi Palupi.

Lebih lanjut Andi Palupi memaparkan rangkaian acara festival, yang memang dikaitkan dengan perayaan hari jadi Kota Balikpapan tahun 2015, akan berlangsung hingga bulan Maret. Festival akan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu pelatihan budidaya cabai organik, pameran cabai, pembagian 10.000 bibit cabai organik, dan lomba sambal olahan.

“Pembagian 10.000 bibit cabai organik akan kami lakukan pada bulan Maret. Momennya memang bulan akhir Maret karena prediksi kami 3 bulan kemudian sudah bisa dipanen. Tiga bulan kemudian itu bertepatan dengan menjelang Idul Fitri yang biasanya permintaan cabai meningkat.”

“Harapan kami pada saat itu masyarakat dapat memenuhi sendiri kebutuhan pangannya (cabai-Red) sehingga tidak tergantung pada pasar. Dengan demikian harga cabai yang selama ini menjadi momok pada saat menjelang hari raya dapat dihindari,” paparnya lagi.

“Untuk lomba sambal olahan tujuannya adalah mengajak masyarakat Balikpapan untuk belajar mengalihkan kebiasaan makan cabai segar ke cabai olahan yang daya simpannya lebih lama sehingga tidak tergantung ketersediaan cabai segar di pasaran. Jika permintaan dan suplai seimbang maka inflasi bisa ditekan,” pungkas Andi Palupi. (hms/nov, foto :epetani.pertanian.go.id)