Film Bidadari Terakhir Ditolak Warga

Kehadiran Film Bidadari Terakhir mulai tayang 10 September 2015 menuai penola-kan dari sejumlah warga Balikpa-pan. Bahkan, penolakan itu sudah sampai ke telingan wakil rakyat.
Alasan film tentang kisah percintaan antara pelajar dengan PSK ini dikhawatirkan disalah tafsirkan oleh pelajar dan anak-anak muda Balikpapan.
Ketua Komisi IV DPRD Balikpapan Ida Prahastuty mengakui penolakan itu datang dari kaum ibu. “Mereka khawatir ada salah persepsi bagi anak-anak yang menonton. Karena itu perlu pendampingan orangtua bagi anak-anak yang menonton. Kita juga gak bisa menghentikan tayangan itu,” kata Ida, Rabu ( 9/9).
“Kami imbau pelajar lebih selektif menonton film ini,” sambungnya.
Ida mengakui, meski sudah dilakukan proses editing, namun tayangan itu tetap tak layak ditonton anak-anak, karena menampilkan adegan ciuman dan nuansa percintaan yang tidak sesuai norma.
Kata Ida, alur cerita dan tempat serta skenario, hendaknya dapat dilihat pada sisi positif Kota Balikpapan sebagai kota bersih dan nyaman. “Kedepannya kita berharap tidak ada cerita seperti di film itu,” tandasnya. Ida sudah berkomunikasi dengan Disdik tidak memobilisasi sekolah untuk menonton film itu.
Icha (17) seorang SMK di Balikpapan mengakui film Bidadari Terakhir banyak diperbincangkan di sekolah. “Karena lokasi syuting di Balikpapan di kampung Pelayaran. Kalau isi gak tahu juga karena gak ikuti sinopsis,” katanya. Icha mengaku kurang tertarik menonton film tersebut.
Wati (24) yang mengaku sudah menonton film tersebut menilai dari sisi positifnya. Kata dia, Balikpapan bisa dikenal luas melalui film itu. “Tapi negatifnya brand Balikpapan jadi jelek seolah-olah banyak PSK di sini ,” nilainya. (din)


Sumber: koran kaltim