SEJARAH PERINGATAN 1 OKTOBER

Setiap 1 Oktober diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Namun, pemikiran kritis datang dari peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam.

Menurut Asvi, Hari Kesaktian Pancasila lebih menonjol di tangan Soeharto.

“Sebelum tahun ’65 yang diperingati adalah lahirnya Pancasila pada 1 Juni. Namun sejak tahun ’66 yang ditonjolkan peringatan kesaktian Pancasila 1 Oktober,” jelas Asvi, Selasa (29/9).

Asvi menyampaikan, pada 2002 lalu, saat itu Megawati yang menjasi presiden sempat ada masalah dengan hari kesaktian Pancasila itu.

“Karena bermula dari peristiwa ini dimulai kejatuhan Bung Karno,” imbuh Asvi.

Tak heran kalai Megawati pernah memerintahkan Mendikbud saat itu Malik Fadjar untuk membuat buku atau penelitian sejauhmana keterlibatan Bung Karno dalam G 30 S.

“Malik memerintahkan Prof Taufik Abdullah yang membentuk tim terdiri 25 sejarawan. Hasilnya baru terbit sebagai buku tahun 2013 jilid 1 dan 2 dan 2014 jilid 3. Judulnya Malam Bencana diterbitkan Obor. Ironisnya pada buku itu diuraikan tentang versi-versi G 30 S. Masing-masing seorang menulis versi PKI, AD, CIA, Soeharto,” urai dia.

1 Oktober setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Peringatan hari kesaktian Pancasila ini dilakukan pertama kali sejak 1966 oleh Soeharto. Puluhan tahun berlalu, diusulkan agar nama peringatan diubah.

“Seyogyanya diganti Peringatan Tragedi Nasional 1965. Mengenang korban yang tewas 10 pahlawan revolusi termasuk 6 jenderal, Ade Irma Suryani Nasution dan 500 ribu orang di seluruh Indonesia,” jelas Asvi, Senin (28/9).

Menurut Asvi, awalnya dahulu 1 Oktober diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila. Namun kemudian berubah menjadi peringatan kesaktian Pancasila, sejak 1966.

“Sejak 1970, peringatan hari lahir Pancasila dilarang Kopkamtib,” tambah Asvi.

Namun di lain pihak Hari Kesaktian Pancasila yang diperingati setiap 1 Oktober diusulkan namanya menjadi peringatan tragedi nasional 1965. Ketua DPD RI Irman Gusman tak sependapat dengan usulan ini.

Meski konteksnya sama, Irman melihat nama peringatan Hari Kesaktian Pancasila lebih sesuai.

“Substansinya sama, tapi kita kan mesti lihat Pancasila sebagai ideologi negara, ideologi yang menjadi perekat, garda negara ini. Kalau menurut saya, Hari Kesaktian Pancasila lebih pas ya,” kata Irman di Hotel Novotel, Tangerang, Banten, Selasa (26/9).

Dia berpendapat nama Hari Kesaktian Pancasila tetap harus dipertahankan. Kaitan sejarah dengan pembangunan monumen terkait susah dibangun pemerintah.