Balikpapan - Asosiasi Cinta Singkong (ACIKO) Kota Balikpapan resmi terbentuk guna mengembangkan produk olahan singkong di Kota Balikpapan sebagai salah satu alternatif bahan pangan yang dimanfaatkan oleh warga.
Asosiasi yang melibatkan berbagai kalangan mulai dari pemerintah, petani, pelaku usaha, perkumpulan chef, dan berbagai kalangan ini diresmikan oleh Plt Asisten Ekonomi Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Dyah Muryani, Jumat (5/10/2018) di Halaman Kantor Wali Kota Balikpapan.
Sekretaris Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Balikpapan Muhammad Yusuf mengatakan asosiasi ini terbentuk karena dilatarbelakangi oleh kurangnya minat masyarakat dalam memanfaatkan singkong sebagai alternatif bahan pangan yang menyebabkan harga jualnya menjadi rendah.
"Sehingga usia tanaman singkong ada yang sampai 2 tahun, dan harga jualnya cuma 500 perak per kilo itu sangat miris sekali," papar Yusuf.
Yusuf menjelaskan potensi tanaman singkong di Kota Balikpapan dinilai cukup besar. Dengan total luas lahan singkong 121 Hektar, para petani singkong dapat menghasilkan produksi singkong 45 s.d 46,5 Ton per Hektar dengan masa tanam antara 7 sampai dengan 9 bulan.
"Hal ini dapat menjadi kesempatan bagi masyarakat dapat mengembangkannya menjadi olahan makanan baru," lanjutnya.
Selain memanfaatkan produksi tanaman singkong yang jumlahnya besar, pembentukan asosiasi ini juga sebagai langkah awal Pemerintah Kota Balikpapan untuk mendukung program pemerintah pusat dalam percepatan penganekaragaman pangan lokal.
"Kami ingin semua pihak dapat terlibat dalam upaya pengembangan olahan singkong di kota ini, mulai dari proses produksi bahan baku, pengolahan menjadi bahan makanan, hingga pemasarannya," lanjutnya.
Menurut Yusuf, singkong sangat cocok dibudidayakan di Balikpapan karena proses penanaman dan perawatannya yang mudah dibandingkan dengan tanaman pangan lain.
"Apalagi kebutuhannya airnya tidak harus berlebihan sehingga sangat cocok untuk terus ditanam di Balikpapan yang sering kering," lanjutnya.
Dengan dikembangkannya singkong sebagai bahan pangan lokal, lanjut Yusuf, diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan singkong sebagai bahan alternatif pengganti beras dan terigu.
"90% kebutuhan beras di Balikpapan berasal dari luar, sehingga diharapkan dengan adanya singkong dapat mengurangi ketergantungan tersebut," lanjutnya.
Sementara itu Plt Asisten Ekonomi Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Dyah Muryani manyambut baik dikembangnya makanan olahan berbahan dasar singkong. Karena singkong dapat dijadikan sebagai makanan alternatif bagi penderita kolesterol tinggi.
“Karena (singkong,Red) tidak ada gluten dibandingkan beras dan terigu,” papar Dyah.
Menurut Dyah, singkong juga sangat baik diberikan untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus yang tidak boleh tersentuh gluten.
“Karena gluten yang menyebabkan syarat menjadi aktif sehingga sangat cocok bagi mereka,” lanjutnya.
Oleh karena itu Dyah berpesan seluruh pihak yang terlibat dalam ACIKO agar tetap konsisten mengembangkan produk olahan singkong dengan terus berinovasi membuat produk baru dan menjaga ketersediaan pasokan produk. Sehingga produk olahan singkong semakin diminati oleh berbagai kalangan.
“Stoknya diperbanyak sapa tau ada orang yang pesan banyak takutnya tidak sanggup, sehingga Jadilah pengolah singkong yang professional,” pungkasnya
Selain peluncuran ACIKO, kegiatan ini juga diisi Mini Expo para UKM lokal yang memamerkan beragam olahan singkong, dan kegiatan temu bisnis. (Diskominfo/mgm Foto: Humaspro)