BALIKPAPAN – Masih minimnya tingkat partisipasi siswa di sekolah madrasah dan pesantren dalam Imunisasi MR fase II ini, Dinas Kesehatan Kota Balikpapan menggelar sosialisasi di Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Balikpapan, Selasa siang (6/11/2018).
Sosialisasi dihadiri guru-guru madrasah, sekolah islam terpadu se-Balikpapan dan langsung dijelaskan Wali Kota Rizal Effendi, didampingi jajaran MUI Balikpapan, Kemenag Hakimin Patang, dan Sekretaris Tim Imunisasi MR Kota dr. Esther Vonny.
Menurut Esther Vonny anak usia 9 bulan dan 15 tahun merupakan usia paling muda rentan tertular Campak dan Rubella.
“Pemerintah periotaskan usia 9 bulan sampai 15 tahun paling peka gampang terkena dan jadi sumber penularan,” ujarnya dalam sosialisasi di Kantor Kemenag Kota Balikpapan.
Lanjutnya sebenarnya vaksin wajib dilakukan siapa saja baik orang dewasa maupun ibu hamil karena keterbatasan jumlah vaksin maka diperioritas bagi anak-anak.
“Anak usia ini fataliti tinggi sekali makanya perioritas mereka yang ada diusia itu,” tandasnya.
Dalam sosialisasi, ditemukan adanya kesulitan para guru di bawah Kemenag Kota Balikpapan dalam imunisasi karena pemahaman dan keyakinan soal kehalalan penggunaan bahan vaksin rubella dari enzim babi.
Salah seorang Guru PAUD Attoyibah Balikpapan, Ati mengakui pihaknya sudah mendapatkan sosialisasi kedua kalinya kepada orangtua murid.
“Berkali-kali kita lakukan, ketika orang tua menolak kita tidak bisa memaksa. Sebagian besar tidak mau, jadi tidak bisa kita memaksa mereka yang tidak mau,”tuturnya.
Menurut Ati setiap dinas Kesehatan datang ke sekolahnya hanya 4-5 orang tua yang hadir mengikuti sosialisasi MR Rubella.
Menanggapi hal ini, Wali Kota Rizal Effendi menjelaskan vaksinasi MR Rubella yang dilakukan pemerintah pada usia 09 bulan hingga 15 tahun karena mereka merupakan penduduk dengan jumlah terbesar saat ini.
“Sementara bahan terbatas Kementerian Kesehatan periotas kan usia ini,” tuturnya.
Diakui Rizal perdebatan soal kehalalan bahan menjadi pertanyaan yang akan tidak pernah selesai. Tapi yakinlah bahwa Kementerian Agama juga memiliki ahli yang terlibat dalam imunisasi MR, begitupula dengan Kementerian Kesehatan RI.
“Jadi tidak mungkin pemerintah zolim melakukan imunisasi. Masa mereka mau membunuh rakyatnya sendiri dengan ini (imunisasi MR). Kalau kita mengurai kebelakang lagi tidak selesai,” tandasnya dalam sosialisasi yang masih dimasih diselimuti pernyataan pro dan kontra.
Dalam sosialisasi imunisasi MR ini, hadir perwakilan MUI Balikpapan yakni Abdul Muis, Abdul Somad, Khasyim Palanyu, dan Jailani. (Diskominfo/ editor:mgm)