BALIKPAPAN- Indonesia merupakan negara terakhir yang melakukan imunisasi Campak Rubella (MR) di kawasan Asia Tenggara versi WHO. Bahkan pelaksanaan imunisasi MR ini lebih dulu digelar di negara Timor Leste.
“Terakhir Indonesia. Kita kalah dengan Timor Leste yang dulunya bagian dari bagian dari kita. Apa kita mau anak-anak kita masih menderita congenital Rubella syindrome. Ketika kita belajar diluar negeri pasti ditanyakan status imunisasinya bagaimana,”kata Dr. Gertrudis Tandy, Kasie Imunisasi Khusus dan Lanjutan Kementerian Kesehatan RI, dalam Pertemuan Kordinasi Keamanan Vaksin MR Kota Balikpapan, di aula Kantor Wali Kota Balikpapan, Selasa (4/12).
Program ini merupakan program startegis nasional yang menghindari adanya anak-anak mengalami cacat atau meninggal karena campak. “Kita tahu penderita campak dan syndrome Rubella angka masih sangat tinggi di Indonesia,”katanya.
Karena itu pemerintah memasukan imunisasi MR kedalam program imunisasi nasional. “bahwa awalnya kita kampanye imunisasi MR perlahan-perlahan imunisasi rutin campak ada tiga dosis dalam imunisasi rutin sekarang kita ganti menjadi imunisasi campak rubella,”ujarnya.
Sejak tahun lalu, pemerintah Indonesia telah melakukan imunisasi MR fase pertama di pulau Jawa yang diikuti 35 juta lebih anak.”Cakupan lebih dari 100 persen. Tahun ini kita lakukan diluar Pulau Jawa ada 395 kabupaten/kota di 28 provinsi dengan target 31 juta lebih,” sebutnya.
Sejauh ini cakupan belum mencapai angka 95 persen sebagai capaian minimal. “itu angka minimal sehingga ada kekebalan kelompok. Dan ibu-ibu hamil terhindar dari penyebaran rubella. Balikpapan masih PR cakupan masih 82 persen. Kalau mau dicapai masih bisa kalaupun tidak itu jadi PR karena ada gap anak-anak yang berpotensi, kita mau apakan dan kita tidak berhenti disini,” tandasnya.
Karena itu Dia mengajak DKK, Pemkot dan seluruh stakeholder Balikpapan berjuang bersama-sama untuk mencapai angka minimal 95 persen vaksin MR. Mengenai keamanan vaksin, menurutnya pemerintah tidak main-main memberikan vaksin massal bagi generasi muda. “Sebelum memasukan vaksin ini sudah ada kajian dari IKG(kumpulan ahli yang berikan pertimbangan kepada Kementerian Kesehatan kalau ada vaksin baru yang masuk dalam program). Itu semua dikaji termasuk keamanan, efektivitasnya dan pembiayaan dan ekonomi,”tuturnya.
Vaksin MR ini juga telah lulus uji WHO badan PBB bidang kesehatan namun juga masuk ke Indonesia dilakukan kembali surat izin dari BPPOM. “jadi percayalah vaksin ini sudah dilakukan uji dan banyak penelitan dan dipakai banyak negara. Vaksin ini aman dan kita tidak bukan ujicoba. Sudah pasti aman sehingga pemerintah melakukan,” tukasnya.