Balikpapan - Masyarakat kembali diingatkan untuk tidak membakar sampah karena selain bisa membahayakan seperti kebakaran, juga untuk mengantisipasi perubahan iklim. Terlebih cuaca ekstrem kerap terjadi dalam beberapa bulan terakhir ini. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Balikpapan, Suryanto mengatakan, aktivitas membakar sampah juga dapat menambah karbondioksida yang berakibat terhadap menipisnya lapisan ozon.
"Produksi ozon dari aktivitas membakar sampah harus dikurangi. Kalau bisa ditinggalkan karena karbondioksida dari pembakaran sampah turut menyumbang perubahan iklim," kata Suryanto pada Senin (24/12).
Cuaca ekstrem yang dimaksud seperti pagi terasa dingin kemudian disusul panas menyengat di siang hari lalu pada sore hari hujan deras turun mengguyur. "Hujan deras itu tentu intensitasnya sangat tinggi dan itu sudah bisa dikatakan ekstrem," ucapnya.
Sehingga DLH mengampanyekan konsep Eco Mobility untuk mengurangi polusi udara. Termasuk menekan emisi gas karbondioksida yang dihasilkan dari kendaraan bermotor karena itu juga berbahaya bagi kesehatan manusia.
"Intinya Eco Mobility itu mengajak masyarakat berperilaku hidup sehat dengan rutin berolahraga, berjalan kaki atau bersepeda dan menghentikan kebiasaan membakar sampah," jelasnya.
Suryanto menerangkan bahwa karbondioksida di Kalimantan Timur sudah berkurang sekitar 31 persen dan itu membawa dampak positif terhadap perubahan iklim. "Ini harus didukung masyarakat dalam menyesuaikan perubahan iklim," imbaunya.
Terlebih perubahan iklim berupa cuaca ekstrem bisa menimbulkan ancaman bencana alam seperti banjir, tanah longsor hingga angin puting beliung. "Mulailah bergaya hidup sehat, menanam pohon dan kurangi penggunaan bahan bakar dari fosil," imbau Suryanto. (Diskominfo /editor : mt)