Balikpapan – Sebagai daerah penopang calon ibu kota baru, Pemerintah Kota Balikpapan akan memanfaatkan keberadaan lahan tidur untuk program pertanian. Pemanfaatan lahan tidur ini bukan dimaksudkan agar Balikpapan juga ikut berswasembada pangan, karena Kementerian Pertanian telah melihat secara langsung bahwa Balikpapan memang memiliki lahan pertanian yang terbatas. Fokus kedepan salah satu melakukan kajian untuk pengembangan pasar ikan modern.
Kepala Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan (DP3) Balikpapan, Heria Prisni mengatakan pihaknya tetap akan memaksimalkan lahan tidur untuk kegiatan pertanian dan perkebunan. Meski Balikpapan bukan masuk dalam cluster pengembangan pertanian dan perkebunan. Namun, Balikpapan sedang mengembangkan potensi dari sektor perikanan, seperti pengembangkan pasar ikan modern yang didalamnya dilengkapi dengan pelelangan ikan dan pabrik pengemasan ikan. “Cuma lahannya saja apakah nanti lahannya di dekat pinggiran Samboja atau dekat PPU (Penajam Paser Utara), karena tanpa itu kita tidak bisa mengharapkan potensi kita di Kalimantan Timur,” jelas Heria saat ditemui Rabu (18/9).
Sedangkan daerah yang ditunjuk Kementerian Pertanian untuk wilayah produksi pangan ini ada di Kutai Barat untuk padi dan jagung, Kabupaten Paser untuk padi dan cabe, bawang merah dan Kotawaringin Kalteng untuk produksi padi, jagung, cabai, Kabupaten Kapuas Hulu untuk cabai, kemudian Kabupaten Tanah Laut, Kalsel untuk padi, jagung, cabai. “Daerah-daerah tersebut sudah diklusterkan atau ditetapkan oleh Kementerian Pertanian,” ujarnya.
Sementara itu, terkait untuk kebutuhan pangan di Balikpapan, seperti beras, mencapai 91 ton pertahun, telur sebanyak 9.987 ton pertahun, daging ayam 16 ton pertahun, dan ikan 20 ribu ton pertahun. “Dari total tersebut, kebutuhan pangan di Balikpapan juga masih didatangkan dari luar daerah seperti pulau Jawa dan Sulawesi,” ucapnya.
Menurutnya, potensi pertanian Balikpapan khususnya padi menghasilkan produksi lebih kurang 9.200 ton beras per tahun yang dihasilkan di daerah Balikpapan Timur dan Utara. Itupun jumlah hanya sekitar 2,5 persen saja dari total produksi Kaltim yang mencapai 350.000 ton per tahun. “Sejak awal berdiri, perekonomian Balikpapan memang bertumpu pada sektor perdagangan dan jasa. Meskipun ada pertanian, namun bukan pekerjaan utama warga,” tukasnya. (Diskominfo/editor :mt)