BALIKPAPAN - Sedikitnya ada tiga investor yang berminat untuk melakukan investasi dibidang air bersih Kota Balikpapan. Minat investor bukan hanya dari lokal saja tapi juga luar negeri seperti Korea Selatan.
Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi menjelaskan Investor Korea ini lebih condong ke air tanah atau sumur dalam. Karena mereka memiliki kemampuan dalam pengeboran hingga kedalaman 400 meter.
"Sebab mereka memiliki alat untuk menggebor sampai 400 meter ke bawah, karena itu lebih murah dibanding mengambil air dari Sungai Mahakam yang jaraknya 100 km," terang Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi, Senin(2/11).
Untuk kajiannya semua akan dilakukan oleh investor Korea Selatan, karena Pemkot Balikpapan tidak memiliki teknologi tersebut.
"Kami cuma bisa mengecek sampai 100 meter, investor Korea yang ada mampu mengecek sampai 400 meter ke bawah. Pemerintah membuka peluang itu kami sudah menyampaikan juga bahwa akan mempertimbangkan semua dengan mematok harga air baku dan produksinya," katanya.
Menurut Wali Kota melalui pertemuan tersebut sepertinya investor dari Korea Selatan tersebut sangat berminat untuk kerjasama dengan Pemkot Balikpapan.
"Kita minta mengirimkan timnya dulu. Melihat mana yang memungkinkan bisa diperoleh, yakni dengan desalisasi atau pengeboran air tanah," tandasnya.
Diketahui, masalah kekurangan air baku masih persoalan bagi masyarakat dan Pemerintah Kota Balikpapan. Kebutuhan air bersih terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk apalagi kota Balikpapan akan menjadi daerah penyangga Ibu Kota.
Saat ini kota Balikpapan kekurangan 1.000 liter perdetik, hal ini menjadi tantangan dari berbagai investor asing dibidang air bersih.
Selain investor Korea juga ada keinginan dari Pemerintah Penajam Paser Utara melakukan kerjasama lebih lanjut.
"Salah satunya Asisten II Pemkab PPU, dimana mendindak lanjuti kerjasama penyediaan air baku melalui MoU dengan Pemkot Balikpapan pada tahun lalu," ungkapnya.
Selain itu terdapat tiga anak muda yang membuat aplikasi untuk smart city mengenai manajemen air. " Aplikasi yang mereka ciptakan ini bisa mendiagnosa tentang air, kebocoran air, dan lainnya," ujar Rizal Effendi.
Di Indonesia harga air memiliki kategori yakni air untuk kepentingan sosial dan komersial yang harganya dibawah biaya produksi. "Nanti mereka akan melakukan penelitian dan survei kajiannya akan dilihat dulu yang mana memungkinkan dan segera direalisasikan," tukasnya. (Diskominfo/ editor:mgm)