Sentra Industri Somber adalah sentra industri khusus produksi dan pengolahan tahu dan tempe yang ada di bawah kelolaan Dinas Koperas, UMKM dan Perindustrian. (Foto: Istimewa)
BALIKPAPAN - Sentra Industri Kecil Somber (SKIS) adalah sentra industri khusus produksi dan pengolahan tahu dan tempe. Kendati mengacu site plan, sentra ini juga untuk olahan makanan kering maupun camilan.
"Tapi sementara ini kita fokus terhadap tahu dan tempe dulu," ungkap Kabid Teknologi dan Sumber Daya Industri Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindustrian (DKUMKMP) Balikpapan (15/2/21).
Karena menurutnya untuk industri tahu-tempe saja, rumah produksi yang tersedia masih belum bisa memenuhi kebutuhan. "Sekarang ada 94 rumah produksi. Hanya saja yang sudah ada penghuninya atau berproduksi ada 80," sebutnya.
Dari UPT sendiri, lanjutnya memiliki rekanan yakni Koperasi Primer Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Primkopti) dan sentra ini yang diutamakan adalah anggota koperasi tersebut. Sampai kini anggotanya ada 98 Industri Kecil dan Mikro (IKM).
SKIS ini memiliki luas yakni 9 hektare. Pembangunannya sampai kini terus dilakukan. Rosdiana menjelaskan, sebenarnya jika melihat rencana pembangunan awalnya, para pengrajin tahu-tempe ini didata sejak sekitar 1998.
"Awalnya ada 118 pengrajin tahu-tempe. Namun dengan seiring berjalannya waktu, yang di luar juga tumbuh. Makin banyak, padahal rumah produksi yang ada terbatas. Juga karena keterbatasan anggaran," ungkapnya.
Sementara sarana dan prasarana yang telah tersedia, yakni jalan, ketersediaan bahan baku, air, listrik dan rumah produksi sudah ada. "Mereka berproduksi di rumah produksi tersebut, mulai dari tahu, tempe, kripik tempe, kecambah," terangnya.
Dari data yang ada, pembangunan dimulai 1998. Selanjutnya IKM mulai direlokasi sejak tahun 2000. Sementara sejak 2018 hingga sekarang, lanjutnya, kemajuan terlihat dari segi fasilitas.
"Seperti jalan, dulu belum ada kantor UPT, sekarang ada, lalu rumah contoh, dan lainnya. Sementara yang masih kurang hanya rumah produksi, kalau melihat site plan-nya," sebut Rosdiana.
Pembangunan terus dilaksanakan secara bertahap tiap tahunnya, sesuai dengan kemampuan anggaran daerah. Selain itu juga melalui bantuan dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Kementerian Perindustrian.
Pada tahun 2018 lalu, sebanyak 14 unit rumah produksi diselesaikan, sedangkan 2021 ini ada penambahan enam rumah produksi. Sementara, pada 2019 dan 2020 lalu tidak ada penambahan unit karena tidak diprogramkan.
"Kalau di 2019 itu fasilitas yang dibangun adalah jalan dan drainase. Kalau 2020 memang ada refocusing anggaran, jadi tidak ada pembangunan," katanya.
Pada dasarnya tiap tahun ada pembangunan. Selain yang telah disebutkan juga ada pembangunan IPAL, kantor, rumah produksi, rumah contoh, fasilitas peralatan untuk IKM. "Selian itu juga pelatihan bagi mereka, untuk mengembangkan keterampilan," imbuhnya. (Diskominfo/ cha/editor:mgm)