Balikpapan Masuk Nominasi ASEAN Environmentally Suistanable City

BALIKPAPAN - Kota Balikpapan jadi salah satu kota yang disebut bakal menyandang status sebagai kota penyangga Ibu Kota Negara (IKN). Terlebih IKN nanti akan berkonsep sebagai Ibu Kota yang berdampingan dengan hutan, tentu sejalan dengan Kota Balikpapan yang selama ini paling fokus terhadap lingkungan.

Balikpapan belakangan bahkan kembali masuk sebagai nominasi penghargaan ASEAN Environmentally Suistanable City atau kota yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Setelah sebelumnya pernah meraih penghargaan yang sama di tahun 2014 lalu.

Salah satu konsep yang diusung kali ini, ialah Forest The City, sesuai dengan Balikpapan yang memiliki lebih 30 persen ruang terbuka hijau (RTH). Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi menjelaskan, konsep yang diusung akan diselaraskan dengan IKN.

"RTH Balikpapan diatas 30 persen, juga komitmen dalam pengelolaan sampah industri maupun sampah rumah tangga yang memenuhi standar nasional," kata wali kota (26/3/21).

Selain itu, Balikpapan juga memiliki kualitas udara di atas baku mutu atau cukup baik. Karena itulah ia mempertahankan agar hutan tetap terjaga kelestariannya.

Nantinya, konsep itu tentu mencakup hal yang diperlukan ketika IKN berpindah ke Penajam Paser Utara (PPU). Namun yang terpenting adalah bagaimana hal itu bisa dijaga dan bertahan nantinya untuk waktu yang lama.

Sepanjang konsep Forest The City yang diterapkan di IKN dan komitmen 52 persen tak dibangun, lanjut dia, tak menutup kemungkinan keadaan Kota penyangga ini tetap terjaga. Tanpa harus merasakan peliknya kondisi kota seperti yang terjadi di kota padat pada umumnya.

"Karena suka tidak suka jumlah penduduk akan bertambah karena banyak migrasi ke sini. Itu mengapa kita perlu peningkatan, di wilayah Kutai Kartanegara menjadi kabupaten seperti Samboja dan Muara Jawa. Itu supaya tidak seluruhnya di Balikpapan," terangnya.

Komitmen lainnya yang juga ia sampaikan tentang kependudukan adalah, rencana pembangunan jembatan Balikpapan-PPU, yang diharapkan dapat dibuat sebelum IKN berpindah.

"Juga komitmen pembangunan jembatan Balikpapan-Penajam supaya sebagian orang tinggal di PPU. Memang sudah ada jembatan pulau Balang, tapi itu jauh. Jembatan tol sangat penting supaya dapat bergeser ke wilayah tetangga," ungkapnya.

Ia pun menyebut akan sangat baik jika Samboja dan Muara Jawa menjadi kabupaten sendiri supaya daerah-daerah alternatif Ini menjadi lebih tertata.

Kendati terkendala soal desain yang dibuat sebelum penentuan IKN, yakni memiliki ketinggian 50 meter dari air laut pasang. Namun dengan adanya IKN diusulkan 60 meter. Itu yang kini menjadi perhatian bagi Kementerian PUPR.

"Kita sedang usahakan agar komitmen tersebut dapat terealisasi sebelum IKN beroperasi di sini," tandasnya.

Komitmen lainnya yang sempat ia paparkan mengenai Balikpapan yang masuk sebagai nominasi adalah komitmen pengelolaan sampah dan tempat pemrosesan akhir sampah (TPAS) terbaik secara nasional.

Serta gerakan masyarakat seperti ibu-ibu program Mathilda wanita mandiri, sekolah yang ada muatan lokal lingkungan, dan komitmen pemanfaatan sampah plastik. (diskominfo/ cha/editor:mgm)