BALIKPAPAN - Dinas Koperasi UMKM dan Perindustrian (DKUMKMP) terus berupaya agar UMKM di Kota Balikpapan tetap bisa bertahan di tengah pandemik COVID-19 yang belum juga berakhir. Salah satu upaya memasarkan produk UMKM lokal yang dilakukan yakni melalui ritel atau supermarket.
Kendati diakui Kepala DKUMKMP, Adwar Skenda Putra, produk UMKM terpajang di display belakangan terlihat berkurang. "Memang berbeda dengan saat normal. biasanya produk UMKM tersedia dengan berbagai jenis varian disuplai supermarket atau minimarket," ungkapnya.
Edo, sapaan Adwar Skenda, mengungkapkan, selama pandemi kondisi UMKM sebenarnya masih terus berproduksi. Varian yang tersedia pun beragam. Namun produk yang muncul pada displai ritel atau supermarket menjadi terbatas.
"UMKM yang terlibat dan bertahan hanya kelompok tertentu saja karena charge displai di supermarket cukup tinggi. Yaitu sebesar 30 persen,” ujarnya.
Dia bercerita, biasanya UMKM akan mengikuti kondisi kota. Jika perputaran ekonomi ramai, maka ramai omset UMKM juga akan ramai. Berlaku pula sebaliknya, apabila kondisi kota sepi ikut terdampak sepi.
Ia menuturkan, saat ini kekurangan di Kota Balikpapan adalah karena belum ada kebiasaan masyarakat untuk berbelanja UMKM. Berkaca dari Kota Semarang, setiap orang diharuskan belanja UMKM.
Kebijakan semacam ini menurutnya akan sangat membantu produk UMKM berkembang. Pihaknya berencana untuk membuat kebiasaan ini berlaku pula bagi seluruh stakeholder. “Rencana mengajak warga untuk belanja UMKM, kami lagi buat regulasinya. Semoga diterima pak wali kota,” ungkapnya.
Dengan begitu aturan ini tak hanya berlaku dalam organisasi perangkat daerah (OPD) atau aparatur sipil negara (ASN) saja, namun semua harus terlibat.
Saat ini di Balikpapan sudah ada beberapa hotel yang menyediakan displai produk UMKM, antara lain di hotel Novotel dan Grand Senyiur. Keberadaan displai di hotel yang kerap menjadi persinggahan wisatawan bisa membuat UMKM mudah dikenal. “Mudah-mudahan hotel lain akan mengikuti juga,” harapnya.
Sementara, terkait biaya charge UMKM di displai supermarket yang dianggap cukup tinggi, pihaknya akan berusaha mengusulkan agar dikurangi dari yang selama ini 30 persen. Kendati sementara belum diatur antar kedua pihak.
Untuk diketahui, sejak pandemi terhitung dari Maret 2020 hingga Juli 2021, produksi UMKM semua menurun hampir 80 persen. Kemudian sedikit mengalami perbaikan sejak Agustus 2021. Sebab ada bantuan pemerintah dan bantuan produktif usaha mikro (BPUM).
“Kami berharap tahun ini UMKM bisa lebih cepat pulih karena pemulihannya sama dengan wirausaha baru dan perlu bantuan semua pihak. Ini kami lakukan dengan beragam rencana dan strategi yang akan disiapkan DKUMKMP," tandasnya. (Diskominfo/cha/mgm)