BALIKPAPAN - Pemerintah Kota Balikpapan menerima kunjungan lapangan Proyek Economic Innovation Partnership Program (EIPP) Indonesia-Korea, Rabu (1/6/2022). Dua lokasi yang jadi tujuan adalah Waduk Teritip dan TPA Manggar. Proyek ini merupakan kerjasama kedua negara untuk Balikpapan dan Samarinda terkait Solid Waste Management and Water Supply Plan.
Proyek ini terdiri dari pengelolaan sampah dan penyediaan air untuk Kota Samarinda dan Balikpapan. Kedua kota ini dipilih lantaran rencana pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur, di mana Balikpapan dan Samarinda menjadi kota penyangga.
Kegiatan tinjauan lapangan dilanjutkan dengan rapat, baik secara daring maupun luring di Aula Bappeda Litbang Kota Balikpapan. Pihak-pihak yang terlibat yakni Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Enviroment Strategy Development Institute (ESDI), Kunhwa Engineering & Consulting Co., Korea Development Institute (KDI), serta Pemerintah Kota Balikpapan.
Kepala Bappeda Litbang Kota Balikpapan, Murni mengungkapkan, ini adalah salah satu kerjasama inovasi ekonomi Indonesia dengan Korea. Yakni Korea membantu melalui konsultasi dengan tenaga ahli mereka di dua sektor. Yakni pengelolaan sampah dan penyediaan air baku.
"Ini adalah upaya untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang harus dicapai di 2030. Pemerintah pusat memandang Balikpapan dan Samarinda sebagai kota yang butuh pendampingan untuk menyusun itu," ungkapnya.
Balikpapan memang memiliki isu tersendiri terkait penyediaan air baku. Karena selama ini memang ketersediaan air bersih selalu didengungkan Pemerintah Kota Balikpapan.
"Kedatangan mereka ini menggali informasi untuk mendapatkan data terkini untuk mengetahui teknologi apa yang paling tepat digunakan. Mereka tadi saat kunjungan tertarik dengan Sea Water Reverse Osmosis yang dulu pernah kita kaji," jelas Murni.
Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) ini sebelumnya sempat dikaji oleh pemerintah kota Balikpapan sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan air baku Balikpapan. Namun kajiannya gagal lelang dan akan diulangi lagi nanti.
"Karena SWRO ini adalah salah satu cara kita untuk menyediakan air baku dari air laut. Kalau pengelolaan sampah mereka sudah lihat ke lapangan," tuturnya.
Ia menambahkan, isu mengenai air baku ini memang berasal dari Pemerintah Kota Balikpapan yang selalu disampaikan dalam tiap Musrenbang. Penyediaan air baku ini diperkirakan akan defisit hingga hampir 3.000 liter per detik.
"Jadi jika satu waduk saja 200 liter per detik, berarti kita harus bangun berapa waduk untuk memenuhi. Dan kita tidak punya lahan untuk itu," jelasnya.
Dari pihak Korea sebenarnya sudah mendapatkan data dari Bappenas. Namun saat ini mereka tengah meninjau langsung lapangan untuk memastikan kelanjutan bantuanmu yang diberikan. "Balikpapan di sini menjadi narasumber utama, karena bantuan ini kita yang akan menerima," tandasnya. (diskominfo/cha/mgm)