BALIKPAPAN - Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disputakar) Kota Balikpapan telah menerapkan Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS). Disputakar Balikpapan sudah melaksanakan sejumlah program untuk mendukung terlaksananya TPBIS.
Kepala Disputakar, Sutadi menjelaskan, seluruh perpustakaan di Indonesia mulai menerapkan transformasi yang dilaksanakan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) ini.
"Yang dulunya perpustakaan hanya tempat untuk meminjam buku , sekarang tidak lagi. Dengan adanya program ini perpustakaan dituntut untuk bisa menyediakan sarana dan prasarana sebagai pusat kegiatan masyarakat," urai Sutadi.
Sesuai program tersebut, masyarakat harus terlibat dalam kegiatan di perpustakaan. Disputakar Kota Balikpapan, sebagai organisasi perangkat daerah di Pemkot Balikpapan, sejak Maret 2022 mendapat mandat untuk melaksanakan TPBIS bersama sejumlah daerah lain.
"Jadi sejak Maret, pustakawan kami dilatih, dibimbing konsultan untuk menjalankan program ini. Intinya bagaimana melibatkan masyarakat. Bagaimana mereka mendapatkan literasi. Sehingga mereka mendapatkan pengetahuan dan keterampilan," tutur Sutadi.
Tujuan dari program ini adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sehingga perpustakaan membuat beberapa program yang berkaitan dengan pencapaian tersebut. Antara lain dengan melaksanakan sejumlah pelatihan.
"Banyak yang sudah kami laksanakan. Diantaranya kelas menggambar, public speaking, mendongeng, melukis untuk anak usia 7-12 tahun, komputer dasar, Bahasa Inggris, menulis fiksi, non fiksi, juga kerjasama pelatihan karate, batik, dan lainnya. Kedepannya kami akan melaksanakan program kelas melukis untuk umum dan membuat kurikulum vitae," bebernya.
Disputakar menyiapkan berbagai pelatihan yang digratiskan untuk masyarakat. Nantinya, masyarakat yang berminat mendaftar pelatihan tersebut tinggal memilih saja. Dan Disputakar juga menyiapkan narasumber atau pelatih.
"Harapannya dari sini mereka mendapatkan keterampilan dan pengetahuan, sehingga ada peningkatan kesejahteraan," katanya.
Sejumlah kegiatan yang disebutkan tadi telah terlaksana, dan menjadikan Balikpapan menjadi yang terbaik di dalam pelaksanaan TPBIS ini. "Untuk nasional saat ini juga masih dinilai. Jadi program ini menurut kami sudah on track dengan yang kami punya. Rekan pustakawan disini juga sudah melaksanakan yang terbaik," jelasnya.
Program ini, lanjut dia, tentunya tidak bisa dilaksanakan sendiri. Perlu adanya kolaborasi dan sinergi dalam melakukan edukasi, advokasi, juga publikasi. "Penting untuk advoaksi, bagaimana kita melakukan koordinasi dengan perangkat daerah lain, juga lembaga terkait untuk ikut mendukung," tuturnya.
Dukungan ini bisa dalam bentuk CSR pendanaan, maupun penyediaan narasumber. Misalnya juga dukungan anggaran untuk melaksanakan program ini. "Jadi pelatihan ini bisa diikuti mulai dari anak-anak, hingga umum, tergantung jenis pelatihannya," lanjut dia. (diskominfo/cha/mgm)