BALIKPAPAN - Pada momen perayaan Hari Kesatuan Gerak (HKG) PKK Kota Balikpapan Jumat (29/7/2022) lalu, dilaksanakan juga pelantikan Keluarga Sehat, Tanggap, dan Tangguh Bencana.
Ini merupakan program TP PKK Kota Balikpapan di Pokja IV. Tujuannya adalah untuk membentuk keluarga sehat, tanggap dan tangguh bencana. "Untuk memfasilitasi program PKK tersebut, BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) menandatangani nota kesepahaman bersama PKK," tutur Kepala BPBD Kota Balikpapan, Silvia Rahmadina.
Program ini juga melibatkan Dinas Kesehatan dan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Balikpapan. "BPBD memberi pembekalan untuk kader. Tentang bagaimana sih penanganan maupun penanggulangan berbagai jenis bencana," katanya.
Kemudian dari dinas kesehatan kan lebih kepada mempersiapkan keluarga untuk mengatasi ketika terjadi hal tidak diinginkan saat bencana. "Misalnya pertolongan pertama, bagaimana jika ada yang terluka atau terjatuh," jelasnya.
Hal tersebut diajarkan khusus apabila terjadi bencana atau kejadian maupun kecelakaan saat bencana.
Sementara DP3AKB memfasilitasi bagaimana agar keluarga tidak panik saat terjadi bencana. Juga saat berada di kawasan pengungsian. "Mereka memberikan pengetahuan bagaimana mengelola diri ketika menghadapi bencana," jelas Silvi.
Dengan begitu semua terintegrasi, sesuai jargon keluarga sehat, tanggap dan Tangguh bencana. "Kaitannya ini dengan kebencanaan dan hal-hal yang mengikutinya. Seperti kecelakaan, panik dan sebagainya," terangnya.
Sebelumnya telah dibentuk untuk sebanyak 40 kader dari seluruh Kelurahan di kota Balikpapan. Mereka akan menjadi pelopor Dasawisma di daerah yang masing-masing. "Ini sejalan dengan program kami Kelurahan maupun Kecamatan tangguh," katanya.
Seluruh anggota adalah kader PKK Pokja IV yang nantinya akan meneruskan kemampuan dan kompetensi mereka kepada warga sekitar daerahnya. "Misalnya ke tetangga kiri kanan yang akan diteruskan ke masyarakat," katanya.
Diharapkan hal ini juga bisa membantu agar masyarakat tidak panik, jika terjadi kejadian kebocoran gas elpiji. Atau kejadian lain yang menimbulkan api. "Karena apabila mereka bisa mencegah api menyebar di awal, atau memadamkan. Maka akan lebih aman sebelum petugas datang. Ini benar-benar bertujuan untuk mengurangi risiko bencana sejak dari keluarga," tuturnya.
Selain itu, pelatihan ini akan berguna bagi masyarakat yang berada di daerah rawan longsor. Mereka ditumbuhkan rasa untuk waspada akan bencana. Rasa tersebut ditumbuhkan dari diri mereka sendiri dan ditularkan ke orang lain.
"Kemudian jika terjadi bencana, mereka kan harus ke tempat pengungsian. Mereka harus mampu manajemen diri mereka di tempat pengungsian tersebut. Misalnya dengan tidak stres. Bisa melakukan healing bencana," katanya. (diskominfo/cha/mgm)