BALIKPAPAN - Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas’ud telah meresmikan Pencanangan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) di Kota Balikpapan, di Balikpapan Sport and Convention Center (BSCC) Dome 18 Mei lalu. Setelah berlangsung sejak Mei lalu, BIAN berakhir pada Selasa (13/9/2022).
Kepala Dinkes, Andi Sri Juliarty menyebutkan, karena pelaksanaan BIAN di Kota Balikpapan berakhir pada Senin (12/9/2022) petugas kesehatan di dua hari terakhir telah melakukan sweeping ke sekolah yang siswanya belum ikut BIAN.
Ia menuturkan, secara nasional target BIAN itu 95 persen, di Kaltim, Balikpapan menjadi kota dengan capaian tertinggi. Kendati ada kendala yang terjadi, yakni saat BIAN dimulai anak-anak sedang melaksanakan ulangan yang berlanjut libur sekolah kenaikkan kelas.
“Jadi bisa dimulai ketika anak-anak masuk. Di Balikpapan baru diangka 80 persen untuk BIAN, dan ini masih tertinggi di Kaltim,” tambah Dio.
Untuk diketahui, di Balikpapan, ada 27 puskesmas yang juga melaksanakan imunisasi anak. Lokasi ini antara lain di posyandu, sekolah, maupun puskesmas. Imunisasi di puskesmas ini dilaksanakan tiap hari.
Pada BIAN kali ini ditargetkan Dinkes Balikpapan, 117.220 anak diimunisasi. Sementara untuk pemerintah pusat, sasaran mencapai 122.587 anak. Sehingga untuk capaian pusat yakni 80,61 persen. Untuk target Kota Balikpapan sendiri capaiannya 84,40 persen.
Vaksinasi yang diberikan meliputi campak rubella untuk anak 9 bulan sampai 12 tahun. Lalu Dinkes Balikpapan juga melakukan sweeping untuk anak yang masih kurang di vaksinasi tertentu.
“Misalnya tahun lalu tidak sempat. Bolong-bolong status imunisasinya. Apakah belum di Hepatitis, atau DPT. Itu kita cari. Namanya imunisasi kejar,” terangnya.
Dio menyebutkan, anak-anak yang mengikuti imunisasi harus dalam keadaan sehat, serta membawa buku KIA. “Di situ kita akan lihat tanggal mereka menerima imunisasi dan status imunisasi,” ungkapnya.
Imunisasi sebenarnya juga dilakukan di puskesmas, termasuk pada masa pandemik. Namun sejumlah orang tua memang memilih untuk mengurangi keluar rumah dan sebagainya. "Sehingga turun di 84 persen. Padahal biasanya cakupan kita mencapai 93 persen ke atas. Ini harus dinaikkan kembali,” urai Dio. (diskominfo/cha/mgm)