Tim Percepatan Penurunan Stunting Kota Balikpapan Fokuskan Penanganan di Delapan Lokasi


BALIKPAPAN - Tim Percepatan Penurunan Stunting Kota Balikpapan melaksanakan rapat penambahan lokasi fokus (lokus) percepatan penurunan stunting, Senin (12/6/2023) di Aula Bappeda Litbang Kota Balikpapan. Ini bertujuan agar pengentasan stunting di Kota Balikpapan dilakukan dengan lebih terfokus.

Kepala Bappeda Litbang Kota Balikpapan, Murni mengungkapkan, data prevalensi stunting Kota Balikpapan yang dianggap cukup menghawatirkan. "Dari 2020-2022 cenderung meningkat. Padahal secara nasional dan provinsi cenderung menurun. Ini yang perlu jadi perhatian khusus," katanya.

Saat ini di Kota Balikpapan telah dilakukan pengumpulan data melalui e-PPGBM atau Pencatatan Pelaporan GIZI Berbasis Masyarakat. Yang pelaksanaannya dilakukan enam bulan sekali oleh kader. Hasil status gizi tersebut adalah data berbasis nama dan alamat bayi terukur. Sehingga mudah diintervensi.

"Selain ini juga kami menggunakan aplikasi Aksi Bangga. Ada 29 indikator yang lebih rijit. Dari 34 kelurahan, terdapat hasil peta analisa yang terbagi tiga peta jumlah anak stunting di Balikpapan," tuturnya.

Perbedaan hasilnya, jika pada aplikasi e-PPGBM jumlah stunting tertinggi di Kelurahan Graha Indah, maka di aplikasi Aksi Bangga adalah Kelurahan Karang Rejo.

Terendah, pada aplikasi e-PPGBM adalah Gunung Bahagia dan Batu Ampar. Sementara di aplikasi Aksi Bangga adalah Gunung Samarinda Baru.

Berdasarkan peta keluarga berisiko stunting, tertinggi di Karang Rejo. Sementara terendah di Gunung Samarinda Baru.

"Berdasarkan peta prevalensi stunting, itu tertinggi di Kariangau sebesar 20,63 persen. Sedangkan Sumber Rejo terendah, 1,36 persen," bebernya.

Dari analisa ini dibuat pemetaan lokasi prioritas percepatan penurunan stunting 2023 tahun berjala, dan 2024 tahun rencana. "Ada delapan kelurahan, yakni Karang Rejo, Batu Ampar, Sepinggan, Baru Ulu, Graha Indah, Kariangau, Damai dan Manggar," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Balikpapan, Alwiati mengungkapkan, selama ini penanganan stunting memang dilakukan secara keseluruhan. Namun dari hasil evaluasi, penanganan secara keseluruhan ini malah memberatkan dan masalah malah tidak tuntas.

"Jadi kita ambil lokus yang terbesar permasalahannya. Ada delapan lokus terbesar untuk kami lakukan intervensi. Tapi yang tidak masuk dalam lokus bukan berarti tidak dilaksanakan intervensi. Hanya delapan ini yang kita harus sama-sama keroyokan datang ke situ untuk melakukan intervensi," ungkapnya.

Tiap hari, lanjutnya, tim memastikan bahwa anak-anak stunting makan sesuai kebutuhan gizi. "Informasinya ada penambahan yang merupakan daerah warning, yaitu Lamaru. Jadi ada peningkatan. Itu juga jadi perhatian kami, jangan sampai lepas lagi," ungkapnya. (diskominfo/cha/mgm)