BALIKPAPAN - Pemerintah Kota Balikpapan melaksanakan Rembuk Stunting Tingkat Kota Balikpapan, dalam rangka percepatan penurunan stunting, Kamis (28/3/2024) di Ruang Rapat I Balaikota Balikpapan. Kegiatan ini dipimpin Sekretaris Daerah Kota Balikpapan, Muhaimin.
Hadir mendampingi Asisten Administrasi Umum Andi Sri Juliarty; Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Heria Prisni, Kepala Dinas Kesehatan Alwiati, dan Kepala Bappeda Litbang Murni.
Sekda Muhaimin mengungkapkan, ada upaya-upaya yang mesti dilakukan terkait percepatan penurunan stunting ini. Karena ini tidak hanya menjadi tugas dinas terkait saja. Banyak organisasi perangkat daerah (OPD) pengampu yang nantinya bertanggung jawab.
"Cara nasional Bapak Presiden juga selalu menyampaikan terkait upaya seluruh Indonesia menurunkan stunting. Melalui Bappeda Litbang akan dilakukan program dan kegiatan di seluruh OPD, supaya masalah bisa teratasi," katanya.
Saat ini angka stunting di Kota Balikpapan mencapai 19,3 persen, sedangkan di nasional adalah 14 persen. Asisten Administrasi Umum Andi Sri Juliarty menambahkan, kegiatan rembuk stunting ini juga dihadiri Tim Pengendali Penurunan Stunting Provinsi Kalimantan Timur.
"Ini adalah tahapan ketiga dari delapan apa sih yang wajib dilakukan Pemerintah kabupaten/kota dalam rangka pencegahan dan penurunan stunting. Aksi pertama kami sudah lakukan pengumpulan data dan analisa, lalu data dianalisa dan disusun rencana kegiatan. Hari ini aksi ketiga, dirembukkan," katanya.
Ada sejumlah output yang didapat dari rembuk stunting ini. Antara lain ditetapkan Kelurahan yang dijadikan prioritas intervensi. "Disepakati jumlahnya bertambah karena selain Kelurahan dengan kasus stunting di atas 10 persen, juga ditambah dengan kelurahan yang memiliki keluarga beresiko. Maka sekarang menjadi 17 Kelurahan," ungkapnya.
Selain itu juga telah ditetapkan kesepakatan target di 19 persen untuk tahun 2025. Karena pihaknya melihat ada beberapa penyebab stunting di Kota Balikpapan yang berbeda dengan daerah lainnya. Dari sinilah akar masalah dan intervensi yang dilakukan akan disesuaikan.
"Salah satunya melakukan pendekatan ke hulu. Yaitu pada remaja, calon pengantin dan ibu hamil. Karena banyak bayi di Balikpapan yang lahir dengan berat di bawah 2.500 gram. Atau lahir dengan berat badan kurang. Ini jika tidak ditangani bisa jadi terus-menerus penyebab stunting," jelas Dio, sapaannya.
Penanganan stunting yang sudah terjadi pada usia 0-59 bulan dan fokus hingga usia 2 tahun. Namun begitu harus dicari sumber lainnya agar tidak ada penyumbang baru. Karena untuk membuat anak yang sudah stunting dapat keluar dari status ini butuh waktu.
"Oleh karena itu kami selain melakukan penanganan tetap melakukan pencegahan. Dan ini lebih utama," katanya.
Selanjutnya akan dilakukan pertemuan lagi yang lebih teknis dengan menghadirkan langsung kecamatan, kelurahan, puskesmas dan PKK. Supaya dibantu kolaborasi dan sinergi lebih baik di lapangan.
"Kesulitan dalam penanganan stunting ini antara lain karena pemahaman, edukasi yang harus dilakukan terus-menerus. Juga banyak ibu hamil yang melahirkan bayi kecil. Bisa juga dari status sosial ekonomi yang tidak mampu. Selain itu juga pemahaman yang salah terhadap gizi," sebutnya. (diskominfo/cha/mgm)