BALIKPAPAN - Kick off Integrasi Layanan Primer (ILP) Kota Balikpapan tahun 2024 dilaksanakan Jumat (27/7/2024) di Hotel Four Point Balikpapan. Kegiatan ini dihadiri oleh Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Direktorat Tata Kelola Kesehatan Masyarakat.
Mewakili Wali Kota Balikpapan, Rahmad Mas'ud, hadir Staf Ahli Bidang Perekonomian dan Pembangunan Kota Balikpapan, Neny Dwi Winahyu.
Menyampaikan sambutan Wali Kota, Neny menyampaikan, Kementerian Kesehatan telah menerapkan transformasi sistem kesehatan sebagai salah satu prioritas utama. Pilar utamanya ialah transformasi layanan primer. Transformasi ini bertujuan mengatasi berbagai tantangan dalam pencapaian indikator kesehatan nasional, serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
"Kota Balikpapan sebagai kota yang terus berkembang tentu tidak ingin ketinggalan dalam upaya meningkatkan kualitas layanan kesehatan. Melalui integrasi layanan kesehatan primer kita berupaya untuk memberikan pelayanan kesehatan lebih komprehensif," ungkapnya.
Berbagai upaya yakni mulai dari promotif, preventif, kuratif hingga rehabilitatif. Menurutnya dengan ILP diharapkan pelayanan kesehatan dapat lebih mudah diakses oleh seluruh masyarakat, terutama mereka yang tinggal di daerah yang sulit terjangkau.
"Selain ILP kami juga meluncurkan Aplikasi Satu Data Kesehatan (ASDK). aplikasi ini akan menjadi satu pintu untuk mengakses data kesehatan masyarakat," sebutnya.
Dengan adanya ASDK diharapkan pengelolaan data kesehatan lebih efektif dan efisien. Selain itu ASDK juga dapat digunakan untuk memantau perkembangan kesehatan masyarakat dan merancang program-program kesehatan yang lebih tepat sasaran.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, Alwiati menambahkan, Kementerian Kesehatan telah bertekad untuk menjalankan transformasi sistem kesehatan Indonesia melalui 6 pilar transformasi kesehatan.
Di mana salah satu pilar utama dalam transformasi kesehatan yaitu transformasi layanan primer yang dijalankan untuk mengatasi berbagai tantangan dalam pencapaian indikator kesehatan nasional.
Ia menyebut, permasalahan kesehatan yang ada antara lain pelayanan kesehatan untuk antenatal care yaitu pelayanan untuk ibu hamil yang masih rendah. Kemudian masih adanya ibu hamil dengan kekurangan energi kronis.
Selanjutnya cakupan imunisasi juga belum terpenuhi dan tingginya kematian ibu akibat perdarahan. "Ini yang menjadi fokus kita semua. Sehingga hal ini membuktikan bahwa unit pemberi layanan kesehatan belum cukup dekat dengan masyarakat," ujarnya.
Maka transformasi layanan primer difokuskan untuk meningkatkan layanan promotif dan preventif, seperti memperkuat upaya pencegahan deteksi dini, promosi kesehatan, membangun infrastruktur, melengkapi sarana prasarana SDM, serta memperkuat manajemen di seluruh pelayanan primer di tanah air.
Pada level Kelurahan dirancang model integrasi yang melibatkan struktur pemerintahan di desa dan berbagai bentuk lembaga kemasyarakatan, termasuk posyandu.
Di Balikpapan, ungkapnya, keterlibatan masyarakat untuk berkunjung ke posyandu masih cukup rendah. Kemungkinan inilah salah satu penyebab mengapa angka stunting di Balikpapan malah naik dari 19,6% menjadi 21,6%.
"Padahal tenaga kesehatan sudah berjibaku di dalam meningkatkan cakupan untuk pengukuran terhadap bayi balita. Namun begitu, masih ada hampir sekitar 800 ibu dengan risiko kekurangan energi kronis dan anemia. Ini akan menjadi warning system bagi kita tenaga kesehatan," ungkapnya pada para peserta yang hadir.
Maka, lanjutnya, jangan sampai dari 800 ini bertambah dan jadi potensi penambahan jumlah stunting di kota Balikpapan. Ini yang harus digerakkan. Dan tentu saja posyandu bukan hanya urusan dinas kesehatan tapi juga seluruh masyarakat.
"Bagaimana pemberdayaan masyarakat. Kemudian bagaimana upaya dari OPD (organisasi perangkat daerah) menggerakkan keluarga agar mau berkunjung ke posyandu," imbuhnya.
Ia pun berpesan agar seluruh tenaga kesehatan dan OPD terkait meningkatkan pemberdayaan masyarakat. Pelayanan posyandu prima mesti terwujud kota Balikpapan. Untuk diketahui saat ini jumlah posyandu di kota Balikpapan 1688 posyandu. "Untuk meningkatkan menjadi posyandu prima tentu kita butuh effort yang besar supaya bisa representative," tuturnya.
Sehingga pihaknya akan terus melakukan penguatan-penguatan terhadap kader-kader posyandu agar upaya dalam mewujudkan integrasi layanan primer bisa terwujud.
"Puskesmas yang kita pilih menjadi uji coba mewakili kategori Puskesmas perkotaan yakni Puskesmas karang Joang dan Puskesmas Kariangau. Ini sebagai percontohan implementasi integrasi pelayanan primer. Kita akan fokus dulu menyelesaikan pada percontohan, untuk kita terapkan kepada Puskesmas yang lain," tandasnya. (diskominfo/cha/arh/mgm)